Juragan Minyak, Sekutu Teroris [intisari]

Penulis: M. Sholekhudin

Sejak zaman Firaun, tanaman ini sudah dimanfaatkan sebagai sumber minyak untuk lentera. Pada masa pendudukan Dai Nippon, kakek-kakek kita diperintah untuk menanamnya di pekarangan rumah. Sekarang, ketika biodiesel marak dibicarakan, tanaman ini kembali naik pangkat. Naik meja seminar, ditanam di mana-mana.

=====

Sehari-hari tanaman ini dikenal sebagai jarak. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis jarak. Yang paling umum dikenal adalah jarak pagar (<i>Jatropha curcas</i>) dan jarak kaliki (<i>Ricinus communis</i>). Jarak pagar kadang disebut juga jarak kosta. Sedangkan jarak kaliki sering disebut <i>jarak</i> saja, tanpa embel-embel.

Secara fisik, keduanya tidak susah dibedakan. Helai daun jarak pagar berbentuk jantung, lebar, tepinya menyudut. Sedangkan daun jarak kaliki menjari, dengan tepi bergerigi. Jumlah jari biasanya 7 – 9. Pada abad pertengahan, jarak kaliki kadang disebut <i>palma Christi</i> (<i>hand of Christ</i>), karena bentuk daunnya yang menyerupai telapak tangan dengan jari-jari terbuka.

Jarak pagar biasa ditanam sebagai pagar hidup di pekarangan rumah. Para petani di Mali, Afrika Barat, sering memanfaatkan tanaman ini sebagai pagar hidup untuk melindungi kebun dari gangguan binatang perusak. Alasannya sederhana, karena tanaman ini gampang dipelihara, tahan hama, dan daunnya tidak disukai hewan pengganggu.

Dulu, anak-anak kampung biasa menggunakan getah jarak untuk membuat “tato”. Getah segar dioleskan di permukaan kulit, sesuai dengan gambar yang diinginkan. Kemudian permukaan kulit itu digosok-gosok secara merata dengan abu kertas yang dibakar. Tak perlu pakai simsalabim, jadilah tato.

Karena masih satu keluarga, jarak pagar dan jarak kaliki punya banyak kemiripan. Biji keduanya adalah sumber minyak nabati yang multimanfaat. Sejak dulu, minyak biji jarak sering digunakan untuk keperluan penerangan. Di Mali, minyak jarak pagar bukan hanya dipakai sebagai lilin, tapi juga dipakai sebagai minyak kompor.

Selain untuk bahan bakar, minyak jarak juga dimanfaatkan untuk banyak hal, mulai dari farmasi, industri, sampai otomotif. Di bidang farmasi, minyak jarak kaliki biasa diresepkan sebagai obat minum untuk urus-urus (merangsang buang air besar). Di buku-buku resep kuno, minyak ini dikenal dengan nama minyak kastroli.

Kastroli ini juga biasa dipakai untuk menyuburkan rambut. Konon, jika kulit kepala sering diolesi dan diurut-urut menggunakan minyak ini, rambut bakal lebih subur, hitam, dan tak gampang ubanan.

Di bidang industri, minyak kastroli dipakai sebagai campuran pembuatan sabun, <i>lotion</i>, dan dan produk-produk kosmetik lainnya. Sedangkan di bidang otomotif, minyak kastroli (<i>castor oil</i>), biasa dipakai sebagai pelumas kendaraan bermotor. Salah satu merek dagang yang populer adalah Castrol, oli yang mulai diproduksi tahun 1909 di Inggris, oleh perusahaan Wakefield Oil Company. Nama Castrol sendiri diambil dari <i>castor oil</i>, komponen utamanya.

<b>Racun mematikan</b>

Kedua tanaman ini tergolong tanaman beracun, terutama jarak kaliki. Selain mengandung minyak multimanfaat, biji jarak kaliki juga mengandung racun multimudarat. Racunnya dinamai ricin (diambil dari nama latin tanaman ini, <i>Ricinus</i>).

Sepanjang sejarah, ricin sering dipakai untuk menebar teror. Tahun 1978, racun ini dipakai oleh seorang pembunuh gelap untuk menghabisi nyawa Georgi Markov, wartawan BBC yang sering melancarkan kritik pedas terhadap pemerintahan Bulgaria. Di dekat Waterloo Station, London, ia ditusuk dengan ujung payung oleh seorang tak dikenal. Dari pemeriksaan laboratorium, terbukti wartawan antikomunis ini mati akibat racun ricin dari biji <i>Ricinus communis</i>, yang diyakini berasal dari ujung payung maut itu.

Di Amerika Serikat (AS), tahun 1991, empat orang anggota Patriots Council, sebu
ah gerakan ekstremis antipemerintah, ditangkap karena merencanakan pembunuhan seorang polisi dengan racun yang sama.

Paling mutakhir, Maret 2004, Bill Frist, seorang senator Partai Republik, mendapat kiriman amplop berisi serbuk putih yang mencurigakan. Setelah diperiksa, ternyata bubuk putih itu mengandung ricin. Kontan saja, amplop ini membuat seisi Capitoll Hill, gedung parlemen AS, geger. Sidang-sidang batal digelar. Para anggota parlemen langsung dikarantina. Selama beberapa hari, dokter terus memantau kesehatan mereka. Untungnya, tak satu pun keracunan.

Wajar saja mereka geger. Pasalnya, racun yang kali pertama ditemukan oleh Hermann Stillmark, kimiawan Jerman, tahun 1888 ini punya daya bunuh yang luar biasa dahsyat. Di dalam sel tubuh manusia dan hewan, ricin bisa membuat metabolisme sel langsung macet. Satu miligram saja, alias cuma seujung jarum, sanggup mengantarkan seseorang menuju alam baka. Jauh lebih beracun daripada arsenikum yang dosis letalnya (mematikan) 200 mg.

Secara kimia, ricin tergolong protein yang mudah rusak dengan pemanasan tinggi. Juga tidak larut di dalam lemak. Itu sebabnya, saat proses pengambilan minyak dari biji jarak, ricin terpisah sebagai residu. Kalau saja ricin tahan panas dan larut di dalam minyak, tentu tidak ada resep minyak kastroli untuk cuci perut. Begitu ditenggak, minyak kastroli tentu akan mengantarkan peminumnya ke hadirat ilahi.

Karena kandungan racun ini, biji jarak kaliki harus diperlakukan ekstra hati-hati. Terutama di tangan anak-anak. Untuk mencegah kemungkinan meracuni, biji jarak harus ditumpas saat ia masih berupa bunga atau pentil.

Jika tertelan dalam keadaan utuh dan langsung lolos bersama tinja, penelan biji jarak mungkin masih boleh tidur nyenyak. Tapi jika kulit luarnya rusak, misalnya akibat tergigit, urusan bisa berabe. Korban bisa mengalami gejala keracunan berupa diare, muntah, dan nyeri perut. Jika parah, bisa menyebabkan dehidrasi berat, sampai mengancam jiwa.

Namun di balik bahayanya, ricin juga menyimpan manfaat buat manusia. Karena sifat mematikan itu, racun ini bisa dimanfaatkan sebagai pestisida alami. Dibandingkan pestisida sintetis, biopestisida jarak punya beberapa kelebihan. Ia bisa dibuat sendiri, murah, dan biodegradabel (terurai di alam). Daya bunuh terhadap sel juga bisa dimanfaatkan untuk tujuan medis. Penelitian mutakhir menunjukkan, turunan ricin punya potensi sebagai obat pembasmi sel-sel kanker.

<b>Solar dan oli</b>

Setelah berpuluh-puluh tahun dilupakan, kini jarak mulai dilirik karena orang-orang limbung akibat harga solar yang terus melambung. Sebetulnya pemanfaatan jarak sebagai sumber minyak pengganti BBM bukanlah hal baru. India, Brasil, dan beberapa negara di Afrika sejak lama telah menggunakan minyak jarak pagar sebagai bahan bakar. Di sana, jarak pagar telah lama dibudidayakan.

Tanaman ini punya banyak kelebihan yang membuatnya cocok sebagai sumber energi terbarukan. Ia dikenal sebagai tanaman yang bandel, gampang tumbuh di mana-mana. Di gunung bisa, di pantai pun tak masalah. Tidak membutuhkan perawatan khusus, tahan terhadap iklim kering dan kondisi tanah yang tandus. Di lahan-lahan kritis, kebun jarak malah bisa menahan erosi.

Jarak juga gampang beranak-pinak lewat biji atau batangnya. Jarak antara waktu tanam dan musim panen pun tak terlalu lama. Belum sampai satu tahun, ia sudah menghasilkan biji. Minyaknya tidak tergolong minyak edibel (dikonsumsi sebagai bahan pangan). Karena itu, pemanfaatannya sebagai bahan bakar tidak akan bersaing dengan urusan perut manusia.

Hanya saja, hingga sekarang jarak masih tergolong tanaman liar. Di Indonesia, belum ada varietas unggul seperti tanaman-tanaman budidaya lainnya. Berbeda dengan tanaman budidaya seperti jagung, padi, atau mangga. Tanaman-tanaman ini punya banyak varietas unggul sehingga produksinya bisa maksimal. Hingga sekarang, varietas jarak unggul masih dalam tahap penelitian.

Dibandingkan solar, minyak jarak pagar lebih bersahabat buat lingkungan, terutama dalam hal efek rumah kaca. Pembakaran solar menghasilkan gas karbon dioksida satu arah. Sedangkan pada biodiesel, produksi karbon dioksida berlangsung timbal balik. Saat dibakar, minyak jarak memang menghasilkan karbon dioksida, sama seperti solar. Tapi produksi karbon dioksida di jalan raya akan dikompensasi dengan produksi oksigen pada proses fotosintesis di perkebunan.

Proses pengambilan minyak dari biji jarak tidak jauh beda dengan proses pengambilan minyak dari kelapa sawit.

Berdasarkan sifat fisika-kimia, minyak jarak pagar mirip dengan solar. Itu sebabnya minyak ini cocok dijadikan sebagai BBM. Sedangkan saudaranya, minyak kastroli, punya viskositas (kekentalan) lebih tinggi. Itu sebabnya, minyak ini lebih cocok sebagai oli.

Kerjasama yang pas. Yang satu solar, yang lain pelumas.

Klop.

Author: emshol

Mohammad Sholekhudin, apoteker lulusan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya. Sempat bekerja di industri farmasi PT Novell Pharmaceutical Laboratories. Pernah menjadi penulis tetap majalah Kelompok Kompas Gramedia. Sempat menjadi editor konten buku Departemen Kesehatan. Penulis Buku Obat Sehari-Hari terbitan Elex Media Komputindo. Berminat di bidang penulisan dan pendidikan masyarakat. Tinggal di pesisir Lamongan. Bisa dihubungi di emshol@gmail.com/

Leave a comment