Repotnya Merawat Bayi Prematur [intisari]

Repotnya Merawat Bayi Prematur

Penulis: M. Sholekhudin

Diperkirakan, satu dari sepuluh bayi lahir dalam keadaan kurang bulan, atau yang biasa disebut lahir prematur. Tidak seperti pada bayi cukup bulan, organ-organ tubuh bayi prematur masih belum matang. Itu sebabnya, si bayi memerlukan perawatan khusus. Jika tidak ditangani dengan benar, bayi prematur bisa menjadi pelanggan tetap rumah sakit.

Bayi dikatakan lahir prematur jika persalinan terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari). Ada banyak hal yang menyebabkan bayi lahir kurang bulan. Menurut Dokter Eriyati Indrasanto, Sp.A, dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, sebagian besar penyebabnya tidak diketahui, sebagian berasal dari si ibu. Pertama, faktor sosial ekonomi. Ibu yang terlalu banyak bekerja, kurang gizi, dan tidak memeriksakan kandungannya secara rutin, punya risiko lebih besar melahirkan bayi prematur. Bila usia si ibu kurang dari 16 tahun atau lewat dari 35 tahun, maka kemungkinan itu akan bertambah lagi. Jika pada kehamilan sebelumnya, si ibu melahirkan bayi prematur, maka pada kehamilan berikutnya, si ibu juga punya risiko melahirkan kembali bayi prematur.

Risikonya makin besar jika si sibu juga menderita penyakit, baik yang kronis (menahun) maupun yang akut. Misalnya, saat mengandung, si ibu menderita infeksi atau preeklampsia (gangguan pada kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan adanya protein di dalam urine). Selain itu, bayi lahir prematur bisa juga disebabkan oleh faktor obstetrik, misalnya kelainan pada uterus (rahim) atau plasenta. Sedangkan penyebab yang berasal dari bayi misalnya bayi kembar dua atau tiga.

<b>Organ belum matang</b>

Karena lahir sebelum waktunya, organ-organ tubuh bayi masih belum berfungsi secara sempurna. Makin dini lahirnya (makin muda usia kehamilan), makin banyak masalah yang akan dihadapi bayi. Salah satunya adalah masalah pernapasan.

Pada bayi lahir cukup bulan, paru-parunya mengandung cukup surfatkan (bahan yang diperlukan agar paru-paru tidak kolaps). Sistem surfaktan ini terbentuk pada usia kehamilan 34 minggu. Jika bayi lahir sebelum itu, surfaktan masih belum terbentuk sehingga ia rentan mengalami gangguan pernapasan <i>respiratory distress syndrome</i> (RDS).

Pada bayi sehat, suhu tubuhnya 36,5 – 37,5 <sup>o</sup>C. Pada bayi lahir kurang bulan, fungsi pengatur suhu badan belum bekerja sempurna sehingga ia juga rentan terkena hipotermia (suhu di bawah 36,5 <sup>o</sup>C) dan hipertermia (di atas 37,5 <sup>o</sup>C).

Dibandingkan bayi lahir cukup bulan, bayi prematur lebih mudah terkena infeksi karena kekebalan tubuhnya belum bekerja dengan baik. Ini masih diperparah dengan ketidakmampuan bayi mengisap, terutama yang lahir sebelum usia kehamilan 34 minggu. Ini menyebabkan ia sulit mendapatkan nutrisi yang ia perlukan karena ia belum bisa menyusu langsung ke ibunya.

Jika bayi lahir sebelum usia kehamilan 32 minggu dan berat badannya kurang dari 1.500 gram, ia juga punya risiko mengalami kelainan retina yang disebut <i>retinopathy of prematurity</i> (ROP). Di luar itu, masih ada risiko lain yang bisa saja muncul misalnya anemia, hiperbilirubinemia (biasa disebut bayi kuning), dan sebagainya. Makin prematur, makin banyak masalahnya. Kalau ada yang bilang bayi prematur tujuh bulan lebih matang daripada delapan bulan, itu adalah mitos.

<b>Jangan pulang sebelum waktunya</b>

Karena begitu banyaknya problem yang mungkin terjadi, bayi prematur harus mendapatkan penangangan yang ketat. Di rumah sakit, bayi prematur dirawat di unit perawatan khusus <i>neonatal intensive care unit</i> (NICU). Untuk mencegah kemungkinan hipotermia atau hipertermia, suhu di dalam inkubator dipertahankan antara 36,5 – 37,5 <sup>o</sup>C.

Jika ia masih belum bisa mengisap cairan, pemberian cairan dilakukan lewat sonde (selang yang langsung masuk ke lambung). Kalau matanya mengalami ROP, ia perlu menjalani terapi dengan laser.

Semua gangguan yang terjadi harus ditangani dengan tepat. Jika tidak, gangguan di masa awal hidupnya ini bisa berpengaruh sampai saat ia dewasa nanti. Misalnya, kalau ROP-nya dibiarkan saja, si bayi akan mengalami kelainan mata yang akan dibawa sampai dewasa.

Biasanya bayi prematur harus dirawat di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama. Makin banyak penyulitnya, makin lama ia harus dirawat. Kadang sampai tiga bulan, tentu dengan biaya yang cukup besar. Sebagai gambaran, kata Eriyati, jika bayi memerlukan surfaktan untuk paru-parunya, orangtua harus menyediakan uang sekitar Rp 3 – 4 juta. Belum lagi biaya NICU yang perhari sekitar Rp 2 juta. Jika ia harus dirawat selama dua bulan, tinggal dikalikan saja. Itu masih belum termasuk biaya obat-obatan dan peralatan yang lain.

Singkat kata, bayi prematur membutuhkan perawatan yang ketat dan biaya yang mahal. “Karena itu sebisa mungkin bayi harus dicegah jangan sampai lahir prematur,” tandas Eriyati. Caranya, si ibu harus melakukan kontrol secara rutin ke dokter atau Puskesmas.

<b>Orangtua harus belajar</b>

Umumnya, orangtua bayi prematur dibuat stres dengan masalah biaya ini. Tak jarang mereka minta membawa pulang anaknya padahal sebetulnya si bayi masih memerlukan perawatan di rumah sakit. Menurut Eriyati, sebelum bayi boleh dibawa pulang, ada persyaratan ketat yang harus dipenuhi.

Pertama, bayi harus sudah menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil. Sebelum dibawa pulang, bayi harus dikondisikan dulu dengan suhu ruangan. Secara bertahap, suhu di dalam inkubator diturunkan sampai sama dengan suhu kamar. Jika bayi sudah bisa beradaptasi, ia dikeluarkan dari inkubator, dimasukkan ke dalam boks terbuka. Tak ada pengaturan suhu. Bayi hanya boleh dibawa pulang jika ia sudah bisa beradaptasi dengan udara ruangan. Dalam tempo 24 – 48 jam, suhunya harus stabil normal.

Syarat kedua, keberhasilan menyusui harus sudah tercapai. Bayi sudah bisa menyusu pada ibunya dengan baik. Syarat ketiga, berat badan minimal 1.800 gram dengan penambahan berat badan konstan sekitar 10 gram tiap kilogram bobot bayi perhari. Misalnya, bobot bayi 2 kilogram, penambahan bobotnya harus 20 gram perhari. Dengan catatan, penambahan berat badan ini berasal dari nutrisi yang diberikan peroral (lewat mulut), bukan lewat in
fus.

Syarat keempat, semua obat yang diperlukan sudah bisa diberikan peroral. Kalau bayi masih memerlukan obat suntik, ia masih belum boleh dibawa pulang. Semua nilai tes laboratorium harus sudah normal. Bayi harus sudah bisa bergerak aktif. Kalau dia masih belum aktif bergerak, ia belum boleh dibawa pulang.

Syarat terakhir yang tak kalah penting, orangtua sudah menunjukkan kemampuan mengasuh bayi di rumah. Percuma saja bayi dibawa pulang kalau orangtua masih belum bisa merawat dengan benar. Biasanya dalam hitungan hari, bayi dibawa kembali ke rumah sakit karena masalahnya muncul lagi. Mungkin karena bayi mengalami hipotermia, mungkin tersedak akibat tak bisa minum.

Itu sebabnya, selama bayi dirawat di rumah sakit, orangtua harus banyak belajar dari dokter dan perawat. Mereka harus mengenali kebiasaan-kebiasaan anaknya, misalnya bagaimana cirinya kalau bayi merasa lapar atau haus. Masing-masing bayi berbeda. Eriyati memberi contoh, bayi-bayi tertentu mengalami kesulitan napas ketika sedang <i>pup</i>. Ciri-ciri ini harus diketahui oleh orangtuanya.

Setelah bayi dibawa pulang pun, orangtua tetap harus kontak dengan perawat dan dokter di rumah sakit. Baik saat bayi berada di rumah sakit maupun di rumah, saran Eriyati, pengunjung sebaiknya tidak boleh menyentuhnya langsung sebelum cuci tangan. Ini untuk menghindari kemungkinan penularan kuman karena daya tahan tubuh bayi masih lemah. “Lebih baik dibilang sombong daripada bayi harus masuk rumah sakit lagi,” kata Eriyati.

Pendek kata, bayi prematur membutuhkan perhatian yang ekstra. Orangtua harus belajar cara memberikan ASI yang biasanya tidak gampang. “Waktu anak saya lahir, bilirubinnya tinggi sampai 19.81 (mg/dl),” kata Rita, ibu dari Izan yang lahir prematur pada usia kehamilan delapan bulan. “Dia juga tidak bisa menyusu, maunya tidur terus, padahal dengan bilirubin tinggi dan status prematurnya, ia harus mendapatkan ASI sebanyak mungkin dan sesering mungkin. Saya mengakalinya dengan memberikan ASI melalui sendok dan pipet.”

Jika bayi prematur mendapat perawatan yang benar, ia bisa tetap bisa tumbuh dan berkembang sama seperti bayi lahir cukup bulan. Kalau ada yang bilang bayi prematur pasti kecerdasannya di bawah rata-rata, itu hanya mitos. Banyak pasien Eriyati yang waktu lahirnya prematur, sekarang sudah berusia di atas sepuluhan tahun, fisik mereka sehat, kecerdasannya juga tidak kalah dengan teman-teman sekolahnya. Kuncinya berada di perawatan yang ketat (dan mahal) itu!

Boks-1:

Dekapan Hangat Gaya Kanguru

Bayi prematur butuh kehangatan seperti di dalam rahim ibu. Salah satu cara membuat bayi tetap hangat adalah metode kanguru. Ini sebagai pengganti inkubator, terutama saat berada di rumah. Caranya, bayi didekap di dada ibunya, kulit keduanya bersentuhan, tidak dipisahkan oleh pakaian. Ibu memakai baju yang longgar yang menutupi badannya dan badan bayinya. Selain memberi kehangatan, cara ini juga memudahkan bayi mendapatkan ASI karena ia dekat dengan puting ibunya. Jika ibu capek, ia bisa digantikan oleh si bapak atau orang lain.

Boks-2:

Jaga Temperatur Bayi Prematur

Bayi bisa mengalami hipotermia lewat empat cara di bawah ini:

1. <b>Konduksi</b>: kehilangan panas melalui kontak langsung, misalnya dengan seprai atau selimut. Karena itu, pastikan semua benda yang bersentuhan dengan bayi tidak dingin.

2. <b>Konveksi</b>: kehilangan panas karena adanya aliran udara. Karena itu, jangan menaruh bayi di ruangan yang ada kipas anginnya. Sirkulasi udara tetap harus ada tapi tidak boleh ada aliran udara kencang.

3. <b>Evaporasi</b>: kehilangan panas akibat adanya penguapan, misalnya saat pakaian bayi basah. Karena itu, pastikan pakaian bayi selalu dalam keadaan kering. Kalau ia mengompol, segera ganti popoknya.

4. <b>Radiasi</b>: kehilangan panas bukan lewat kontak langsung tapi lewat radiasi infra merah, misalnya antara bayi dengan jendela. Sekalipun tidak bersentuhan langsung dengan bayi, jendela atau tembok ruangan yang dingin bisa membuat bayi prematur mengalami hipotermia. Karena itu, pastikan jendela atau dinding ruangan tidak dingin. Kalau dingin, lapisi jendela atau dinding itu dengan tirai yang berfungsi menghalangi radiasi.

Author: emshol

Mohammad Sholekhudin, apoteker lulusan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya. Sempat bekerja di industri farmasi PT Novell Pharmaceutical Laboratories. Pernah menjadi penulis tetap majalah Kelompok Kompas Gramedia. Sempat menjadi editor konten buku Departemen Kesehatan. Penulis Buku Obat Sehari-Hari terbitan Elex Media Komputindo. Berminat di bidang penulisan dan pendidikan masyarakat. Tinggal di pesisir Lamongan. Bisa dihubungi di emshol@gmail.com/

2 thoughts on “Repotnya Merawat Bayi Prematur [intisari]”

  1. bagi para orangtua, jangan khawatir atau sedih memiliki bayi premayur.saya adalah seorang mahasiswi bahasa inggris di salah satu universitas di malang, saya terlahir sebagai seorang bayi yang prematur. saya sering mencaritau tentang diri saya”bayi prematur”.saya bersyukur saya tidak mengalami keterbelakangan mental dan saya dapat menyerap pelajaran atau mata kuliah2 dengan baik bahkan di bangku SD mulai kelas 1 sampai 6 saya selalu menduduki peringkat pertama di kelas dan peringkat 10 besar di sekolah-sekolah selanjutnya.maka dengan melihat kenyataan ini saya berharap para orangtua tidak akan merasa jijik ataupun malu punya anak prematur. bayi prematur memerlukan perhatian lebih.Dan saya masih ingat dan baru mengerti mengapa dari kecil saya tidak lepas dari makanan yang 4 sehat 5 sempurna dan ibu saya selalu mendampingi saya belajar waktu itu.saya sudah dapat baca tulis lancar pada usia 4 tahun,sebelum saya masuk TK saya sudah bisa baca tulis dengan baik.ibu harus percaya itu karena Alloh tidak akan merubah suatu kaum sampai ia merubahnya sendiri(berusaha dengan keras).itulah jalan yang terbaik bagi para orangtua.MOM, BE HAPPY!

Leave a comment