Antre Iwak Pe di Warung Bu Yeye [jajan surabaya]

Di Surabaya, ikan pari (yang biasa disebut iwak pe) termasuk salah satu jenis ikan yang populer dijadikan menu penyet. Penyet iwak pe ini biasanya menjadi pilihan di antara penyet tempe, tahu, ayam, telur dadar, dan lele. Namun, sebagian warung menyediakan menu iwak pe bersama sambal tapi tidak dalam bentuk penyet.

Di penjuru kota Surabaya, warung yang menyediakan menu sambal iwak pe jumlahnya tak terhitung. Dari sekian banyak warung sambal iwak pe, barangkali tak ada yang lebih fenomenal daripada Warung Sego Sambel Iwak Pe di Jagir Wonokromo. Di warung ini, iwak pe menjadi primadona yang diburu ribuan orang.

Warung ini berada di sebelah utara Darmo Trade Center (DTC, yang dulu merupakan pasar tradisional Wonokromo). Bukanya tengah malam, pukul 22.30 – 04.00 pagi hari. Tampilan warung sekilas tidak begitu meyakinkan. Tidak berbeda dari warung-warung penyet atau sego sambel kebanyakan. Bagian utama hanya berupa sebuah meja kecil tempat menaruh nasi, sambal, dan lauk-pauk.

Tapi menjelang warung buka pukul 22.30 malam, kesan biasa itu segera berubah menjadi luar biasa. Ajaib. Pembeli datang berduyun-duyun antre di warung, persis seperti suasana jam makan di tenda pengungsian. Setengah jam pertama buka, yang antre jumlahnya sudah puluhan. Jika kita datang di atas pukul 23.00, hampir bisa dipastikan kita akan berada di antrean nomor kesekian belas.

Pembeli yang baru datang pertama ke warung ini mungkin akan heran dengan begitu banyaknya pembeli. Padahal, warung in hanya menyediakan menu sego sambel iwak pe. Lauknya hanya ikan pari goreng, tempe goreng, dan dadar. Tak ada lalapan, tak ada menu lain. Kadang, kalau iwak pe sedang kosong, lauknya hanya tempe goreng dan telur dadar. Begitu saja larisnya bukan main. Dalam sehari, Bu Yeye, pemilik warung, mengaku menghabiskan 60 kg dan 15 kg cabai untuk sambal.

Sejak menit pertama warung buka, Bu Yeye, dibantu beberapa anak buahnya, langsung sibuk melayani pembeli. Sekalipun kita antre di bawah nomor sepuluh, bisa saja kita harus menunggu sampai setengah jam lebih. Soalnya, satu pengentre kadang membeli nasi bungkus sampai belasan. Ada pula pembeli nakal yang datang belakangan tapi menyerobot ke depan. Ini memang bekal pertama untuk bisa makan iwak pe di sini: sabar.

Sepiring sego sambel yang harganya Rp7.500,- ini berisi nasi, sambal terasi, iwak pe goreng, tempe yang digoreng agak basah, dan telur dadar. Ini menu <i>default</i>. Nasinya punel, masih hangat mengepulkan asap karena baru diangkat dari dandang. Sambalnya terbuat dari tomat, cabai, bawang merah, bawang putih, garam, dan terasi. Sambal ini sebetulnya cukup pedas. Hanya saja, untuk menyesuaikan dengan selera pedas kebanyakan orang, sambal ini kemudian ditambah dengan gula putih cukup banyak. Jika Anda penggemar pedas, mintalah sambal yang belum ditambah gula putih. Tempe dan telur dadarnya mungkin tidak istimewa. Bagian yang paling enak adalah sambal terasinya yang sedap dan iwak pe-nya yang gurih-harum.

Bu Yeye, yang tidak tahu bahasa Indonesia dari iwak pe ini, tidak menyediakan minuman di warungnya. Jadi, kita harus pesan minuman kepada para penjual teh atau air mineral di warung sebelah.

Di warung yang buka sejak 1982 ini terdapat beberapa meja yang muat beberapa belas orang. Selebihnya, tersedia tikar yang bisa muat puluhan orang untuk makan sambil lesehan.

Karena bukanya malam, warung ini cocok disambangi jika perut keroncongan tengah malam. Saat awal buka, warung ini memang melayani para pekerja di pasar tradisional Wonokromo yang buka sejak malam. Tapi sekarang, warung ini sudah terkenal seantero Surabaya lewat getok tular. “<i>Sak dowo-dowone tampar, luwih dowo cangkem</i>,” kata seorang pembeli, menirukan peribahasa Jawa. Artinya, sepanjang-panjang tali, tetap lebih panjang ucapan. Yang ia maksud, warung sego sambel ini bisa begitu terkenal karena getok tular para pembelinya. (Emshol)

Sego Sambel Iwak Pe Bu Yeye

Jln. Jagir Wonokromo Wetan

Sebelah utara Darmo Trade Center

Di depan Toko alat elektronik Pendowo

Buka tiap hari pukul 22.30 – 04.00

Author: emshol

Mohammad Sholekhudin, apoteker lulusan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya. Sempat bekerja di industri farmasi PT Novell Pharmaceutical Laboratories. Pernah menjadi penulis tetap majalah Kelompok Kompas Gramedia. Sempat menjadi editor konten buku Departemen Kesehatan. Penulis Buku Obat Sehari-Hari terbitan Elex Media Komputindo. Berminat di bidang penulisan dan pendidikan masyarakat. Tinggal di pesisir Lamongan. Bisa dihubungi di emshol@gmail.com/

6 thoughts on “Antre Iwak Pe di Warung Bu Yeye [jajan surabaya]”

Leave a comment